Dengan mengkonstruksi otak burung yang punah, peneliti mampu menjelaskan evolusi kemampuan burung untuk terbang. Ini terkait perubahan ukuran bagian belakang otak.

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa burung berevolusi dari dinosaurus yang tidak dapat terbang sekitar 150 juta tahun lalu. Tapi, salah satu teka-teki evolusi terbesar adalah bagaimana burung dapat terbang di udara.

Para ilmuwan di Skotlandia berfokus pada perubahan ukuran di bagian belakang otak. Ini merupakan bagian dari otak kecil yang dikenal sebagai flocculus. Unsur ini bertanggung jawab untuk mengintegrasikan sinyal visual dan keseimbangan selama penerbangan di mana memungkinkan burung membuat perkiraan posisi mereka dengan objek terbang lain.

Kami percaya dapat menemukan bagaimana kaitan flocculus terhadap kemampuan terbang burung. Ini memberikan informasi abru soal kapan burung pertama kali mendapat kekuatan untuk terbang,? kata pemimpin studi Stig Walsh, kurator senior paleobiologu di National Museum Scotland.

Bekerja sama dengan University of Abertay Dundee, peneliti memindai fosil setengah lusin spesies burung yang telah punah dan tengkorak 100 burung modern secara mendetil.

"Tidak seperti pemindaian medis, penelitian ini menggunakan alat tiga dimensi di Abertay University sehingga akurasi mencapai lebih dari enam mikron,? kata Walsh.

Peneliti ingin mencari tahu apakah flocculus menjadi lebih kecil saat burung tidak mampu untuk terbang. Selain itu, studi ini dimaksudkan untuk mencari hubungan lebih spesifik antara flocculus dan kemampuan memproses sinyal visual dan keseimbangan selama penerbangan.

Jika hubungan ini terbukti, maka evolusi burung dapat diketahui lebih jelas dan menghapus kontroversi mengenai apakah fosil kuno mirip burung merupakan dinosaurus atau sekadar burung yang kehilangan kemampuan untuk terbang.



Powered by Blogger